Laman

Sabtu, 31 Juli 2010

Charismatic Revelation

Revelation brings illumination and puts away darkness. The Word of God has to be settled in our heart to oppose and fight against enemy. Our heart shall not be empty because it means we don’t have the armor of God.

To be strong in the Lord and in His mighty power we have to stand firm with the belt of truth buckled around our waist, with the breastplate of righteousness in place, take up the shield of faith, the helmet of salvation, the sword of spirit and our feet fitted with the readiness to share the gospel of peace (Ephesians 6:10-17)..

There are the best wine God provided for us, the same way Jesus provided it to young couple who didn’t have anything in their marriage party. In usual custom, people brought the choice wine first and then the cheaper ones, but Jesus provided the choice wine from the beginning to the ending. Everyone in the party admired the choice wine Jesus gave.

There is one great revival God provides for us in which people shall admire God’s movement because it differs to the wine poured out before. Therefore, our mind and heart have to focus to this choice wine. Nowadays we just taste it drop by drop, but there will come time when we drink the full choice wine as well. Therefore, don’t sell cheaply our spiritual life. Don’t compromise and submit to the flesh, devil, and the world.

Revelation enlightens our life from little things to great things. Jesus said if you don’t repent and become as this child, you can’t enter The Kingdom of God. So, from the little things we have to face it with The Word, and walk in the victory everyday.

Jumat, 30 Juli 2010

Words of Wisdom Serial

"When a good man is hurt all who would be called good must suffer with him." Euripides

These are the days when men of all social disciplines and all political faiths seek the comfortable and the accepted; when the man of controversy is looked upon as a disturbing influence; when originality is taken to be a mark of instability; and when, in minor modification of the original parable, the bland lead the bland. John Kenneth Galbraith

"That is, in great fiction, we are moved by characters and events, not by the emotion of the person telling the story." John Gardner

"Within a single scene, . . . it seems to be unwise to have access to the inner reflections of more than one character. The reader generally needs a single character as the means of perception, as the character to whom the events are happening, as the character with whom he is to empathize in order to have the events of the writing happen to him." John Ciardi

"Our easiest approach to a definition of any aspect of fiction is always by considering the sort of demand it makes on the reader. Curiosity for the story, human feelings and a sense of value for the characters, intelligence and memory for the plot. What does fantasy ask of us? It asks us to pay something extra." E.M. Forster

If you are neutral in situations of injustice, you have chosen the side of the oppressor. If an elephant has its foot on the tail of a mouse and you say that you are neutral, the mouse will not appreciate your neutrality. Bishop Desmond Tutu

Mourn not the dead that in the cool earth lie, but rather mourn the apathetic, throng the coward and the meek who see the world's great anguish and its wrong, and dare not speak. Ralph Chaplin

Serial Hikmat Dalam Kata

Orang yang hidup biasa-biasa saja adalah orang yang pasif. Dalam lingkaran hidupnya yang sempit, ia merasa dirinya sebagai majikan dari jalan hidupnya. Namun, ternyata, ia hanya berbaring tertidur dan membiarkan segala hal terjadi dalam hidupnya.

(George Orwell [Eric Arthur Blair] (1903-1950) British author Source: Inside the Whale, 1940)

Orang yang tahu bagaimana caranya menunjukkan dan menerima kebaikan akan menjadi teman yang lebih baik dari harta apapun juga (sophocles)

Orang dapat melupakan apa yang anda katakan, orang dapat melupakan apa yang anda buat, tapi orang tak dapat melupakan bagaimana anda membuat mereka dapat merasakan (Bonnie Jean Wasmund)

Dunia adalah tempat yang berbahaya untuk kita tinggali, bukan karena orang-orang yang berbuat jahat, tapi karena orang-orang tidak tahu apa yang harus dilakukan untuk menghadapi hal itu (Albert Einstein)

Serial Peperangan Rohani

Gereja Akhir Zaman

Kita dapat melihat gambaran Gereja Akhir Zaman dalam Kidung Agung 3:6-11
Ayat 6 tertulis bahwa ada sesuatu yang naik dari padang gurun bagaikan tiang atau gumpalan asap di atas bumi.

Gumpalan asap yang berbau harum karena terbuat dari kemenyan, mur dan rempah-rempah sama dengan dupa yang ada di Mezbah Dupa Musa (Keluaran 30:34). Inilah kehidupan doa Gereja Akhir Zaman, yang menyembah Allah dalam Roh dan Kebenaran.

Gereja yang menuju pada kesempurnaan Kristus bergemar dalam berdoa dalam roh dan kebenaran dengan tidak putus-putusnya. Dalam Wahyu 11:1-2 inilah yang diukur oleh Tuhan, yakni Bait Suci, Mezbah, dan orang-orang yang beribadah di dalamnya.

Gumpalan asap yang naik dari padang belantara artinya ujian atau pencobaan yang kita alami dalam kehidupan di dunia ini. Yesus juga menghadapi pencobaan di padang gurun tetapi Ia mengalami kemenangan oleh karena kuasa Firman dan Roh Kudus.

Bagaimana Gereja seperti asap yang naik dari padang gurun dengan penuh kemenangan ? Gereja berjalan dengan Allah, sama seperti Nuh yang berjalan bersama Allah setiap hari dalam zamannya yang jahat.

Gumpalan asap mengandung arti : (1) ada hubungan dengan kuasa, kesukaan, urapan Allah yang limpah dan bertambah-tambah dalam hidup kita sehingga serupa dan segambar dengan Kristus. Lebih sering berjalan dengan Allah semakin bersukacita dan bergembira hidup kita (Mazmur 16:11). Meskipun dalam penjara seperti Rasul Paulus, tetap ada sukacita, puji-pujian dan penyembahan kepada Allah.

(2)Terhadap kehidupan sendiri, daging ditekan, dimatikan terus-menerus. Daging dibakar di atas mezbah setiap hari sehingga mengeluarkan bau harum di hadapan Allah.

(3) Terhadap dunia, walau dosa dan kejahatan bertambah-tambah tapi orang yang berjalan bersama ALlah ,akin meningkat dalam kesucian.

Dalam ayat 7 dan 8 dikatakan bahwa joli Salomo atau peraduan Salomo dikelilingi 60 pahlawan. Artinya hidup nikah orang-orang berman yang sangat kuat dan indah. Orang yang semakin sempurna dalam kesucian, kasihnya makin murni dan limpah. Di akhir zaman ini roh-roh najis menghancurkan kehidupan rumah tangga di dunia. Kalau hiduo rohani betul, pengertian Firman Tuhan bertambah-tambah, hidup nikah juga akan baik. Ini adalah persiapan pesta kawin anak domba Allah (Wahyu 19:7-8).

"Dijaga oleh 60 pahlawan dari pahlawan-pahlawan Israel", artinya adalah rahasia iman tentang kekudusan perlu dilakukan dengan peperangan, pengorbanan, dan kuasa sebab iblis selalu menyerang. "60" adalah angka pengalaman (Imamat 27:3), menceritakan orang-orang yang sudah mengalami masa-masa sulit.

Pahlawan-pahlawan ini membawa pedang dan terlatih dalam perang. Efesus 6:17 menggambarkan salah satu senjata rohani kita adalah pedang roh, yaitu kuasa Firman Tuhan.

Gereja Akhir Zaman terlindung dari kedasyatan malam (Mazmur 91:5). Inilah pewahyuan tentang kedatangan TUhan Yesus kali kedua yang diumpamakan seperti pencuri yang datang di temgah malam (Matius 25:6)

Ayat 9 dan 10, menggambarkan konstruksi Tandu Salomo yang terbuat dari kayu Libanon, bersandaran emas, mempunyai tiang dari peral. Kayu Libanon menggambarkan kehidupan orang benar (Mazmur 92:13), emas adalah sifat Ilahi yang harus dimiliki anak-anak Allah (2 Petrus 1:4), Tiang perak adalah lambang penebusan (Keluaran 38:25-28). Twmpat duduk berwarna ungu, menggambarkan kuasa untuk memerintah.

Inilah kemenangan dan kekuatan Gereja Akhir Zaman.

Serial Peperangan Rohani

DOA YANG MENGGONCANGKAN

Dalam Daniel 9, kita melihat bagaimana hebatnya kuasa yang dinyatakan ke muka bumi karena doa seorang nabi Allah yang bernama Daniel.
Walaupun Daniel memiliki pewahyuan yang sangat dalam dari Allah, ia tetap bertekun dalam menyelidiki Kitab Suci. Melalui Kitab Yeremia, Daniel mengerti semua nubuatan yang dialami bangsanya.

Dalam nubuatan itu tertulis bahwa bangsa Israel akan ditawan selama 70 tahun oleh raja-raja Babilonia. Alasan utama kenapa bangsa Israel ditawan sebagai budak dan harus menderita selama 70 tahun adalah karena mereka berulang-ulang melanggar hari Sabat.

Tuhan menetapkan enam hari lamanya umat boleh bekerja, tapi pada hari ketujuh harus berhenti sebagai Hari Sabat bagi Tuhan. Sesama warga Israel yang menjadi budak, harus dibebaskan pada tahun ketujuh. Dan, setelah enam tahun penuh membajak tanah, maka tahun ketujuh tanah harus dibiarkan dan tidak boleh ditanami apa-apa. Allah berjanji memberikan kelimpahan pada tahun ke-6 sehingga pada tahun ke-7 mereka tetap terpelihara walau tidak menggarap tanah.

Orang Israel terus-menerus melanggar Hukum Taurat sehingga Allah mengijinkan tanah yang ditolak sabatnya itu dapat beristirahat selama 70 tahun.
Perintah untuk bekerja selama enam hari dan istirahat di hari ketujuh bukan untuk menyiksa manusia tapi untuk memberi keuntungan kepada manusia karena pada hari ketujuh Allah memberkati segala pekerjaan kita.

Daniel membaca dan menghitung genap 70 tahun masa pembuangan yang dinubuatkan. Jadi, dia memanjat doa sungguh-sunggun kepada Tuhan. Dan doa dari kesungguhan hati sangat luar biasa. Hati Daniel terkoyak-koyak karena keadaan bangsanya. Doa ini menembus tahta Allah, dan menghasilkan jawaban seketika.
Kita harus belajar dari Daniel tentang rahasia doa yang dikabulkan Tuhan. Jika kita tidak mendoakan, maka janji itu tidak akan terlaksana. Doa adalah syarat penting untuk penggenapan janji Allah.

Daniel bukan hanya berdoa tapi juga berpuasa dan merendahkan diri di hadapan Allah dengan mengadakan pengakuan dosa mewakili bangsanya.
Dalam doa pertobatan Daniel, ada teladan rohani yang luar bisa. Sejarah mencatat Daniel sebagai orang yang sangat setia kepada Allah, dengan sangat gigih mempertahankan keteguhan imannya. Tapi Daniel memilih untuk memikul di bahunya bukan hanya pengakuan dosanya sendiri tapi juga dosa bangsanya.

Daniel mengakui dosa acuh tak acuh yang diperbuat umat terhadap firman Allah. Juga dosa menentang nasihat para nabi. Daniel bertobat atas nama para pemimpin Israel di masa lalu, meratapinya dengan sangat sedih seolah-olah itu adalah dosanya sendiri. Pengakuan dosa adalah hal yang penting bagi kesehatan rohani kita.
Dari ayat 7 sampai 15, Daniel memanjatkan doa dari hati yang hancur. Daniel sangat malu atas dosa-dosa bangsanya, sehingga ia dapat berseru bahwa Israel patut menerima malu dan aib.


Dalam ayat 16 sampai 19, Daniel memanjatkan doa untuk pengampunan dan pemulihan. Walaupun bangsa Yehuda harus menderita aib karena dosa-dosa mereka, Daniel memohon Allah agar teringat Bait Suci Yerusalem dan memulihkan tempat kudusNya.
Tuhan mengutus Malaikat Gabriel untuk membawa jawaban bagi Daniel. Doa Daniel yang dicatat hanya singkat, padahal dalam kenyataannya Daniel berdoa sepanjang hari, dari pagi sampai petang. Pada waktu persembahan korban petang, Malaikat Gabriel datang menyampaikan jawaban Tuhan. Doa Daniel pula yang membuat Tuhan menggerakkan Koreshi untuk mengijinkan orang-orang Israel yang terbuang pulang ke tanah mereka dan membangun Bait Allah.

Minggu, 25 Juli 2010

Renungan Harian

Serial Peperangan Rohani
Nyanyian Kemenangan

Dalam peperangan rohani, salah satu senjata yang paling ampuh adalah lewat kuasa pujian. Puji-pujian yang dinaikkan dengan penuh urapan adalah senjata untuk menghancurkan kekuatan iblis yang bekerja di dalam alam roh. Mazmur 149 menceritakan betapa dasyatnya kuasa pujian dalam memenangkan peperangan rohani.

Ayat 1 dalam Mazmur 149 bercerita tentang nyanyian kemenangan, yang dihidupkan oleh Roh Kudus untuk melawan semua musuh-musuh kita. Sebelum kita dapat menyanyikan nyanyian kemenangan ini, mulut kita harus disucikan terlebih dahulu sehingga kita dapat mempersembahkan buah bibir yang menyenangkan hati Allah.

Dalam Yesaya 6:1-7, Nabi Yesaya melihat penglihatan tentang kemuliaan Tuhan, di mana Tuhan duduk di atas tahta yang tinggi, jubahNya memenuhi Bait Allah, malaikat Serafim dengan enam sayap melayang-layang sambil berseru-seru, "Kudus, kuduslah Tuhan."

Bumi berguncang karena pujian malaikat-malaikat tersebut. Kemuliaan Tuhan memenuhi Bait Allah, sehingga Yesaya menyadari bahwa dirinya tidak layak di hadapan kemuliaan Allah.

Yesaya sadar bahwa ia seorang yang najis bibir dan tinggal di tengah-tengah bangsa yang najis bibir. Najis bibir ini berarti mulut yang suka mengeluarkan kata-kata yang tidak mempermuliakan Tuhan, seperti maki, gosip, fitnah, sumpah serapah, kutuk, kat-kata sia-sia, dan lain-lain.

Orang yang najis bibir tidak dapat bertahan dalam hadirat Allah. Mata Nabi Yesaya telah melihat Sang Raja dan dia ingin menyembah tapi dia sadar bahwa dia tidak layak karena mulutnya belum disucikan.

Malaikat Tuhan mengambil bara dari atas mezbah dan menyentuhkannya kepada mulut Yesaya, dengan demikian mulut Yesaya disucikan.
Bara dari atas mezbah artinya hidup yang diletakkan di atas mezbah, daging disembelih dan dibakar sehingga menghasilkan bau harum bagi Tuhan.

Tuhan menyucikan mulut dan hati kita dengan kuasa darahNya sehingga hidup kita terus ada dalam mezbah, sehingga kita dapat mempersembahkan nyanyian baru bagi Tuhan.

Dalam Mazmur 149 ayat 2 dan 3, menghendaki ada semangat dan gairah dalam umat Tuhan ketika mereka memuji-muji Tuhan. Ada tarian, mazmur, kecapi, rebana dan lain-lain yang diurapi oleh Roh Kudus ketika ketika nyanyian kemenangan kita.

Selanjutnya dalam ayat 4 dan 5, Tuhan bersemayam dalam puji-pujian umatNya. Dan ketika kemuliaan Tuhan turun, maka kuasa Tuhan menjamah dan melawat umatNya dari segala pergumulan dan beban kehidupan.

Bahkan Tuhan memerintahkan, untuk tetap memuji Tuhan di atas tempat tidur kita. Artinya, dalam pembaringanpun roh kita tetap bersekutu dengan Roh Allah. 24 jam hidup dalam roh, karena kita tidak berjaga-jaga maka iblis bisa menyerang kita dengan berbagai pencobaan.

Dan ayat 6 sampai 9, pujian dan pengagungan Allah dalam kerongkongan kita adalah pedang bermata dua untuk membalas dan menghukum iblis, kuasa gelap, penguasa-penguasa di udara, di bumi dan di bawah bumi. Melalui kuasa pujian dan Firman, raja-raja, bangsa-bangsa, kuasa-kuasa dari kerajaan dunia ditaklukkan. Inilah nyanyian kemenangan kita, suatu deklarasi penghukuman bagi perbuatan-perbuatan iblis.

Renungan Harian

Serial Peperangan Rohani

Perlengkapan Peperangan Rohani

Dalam kehidupan kekristenan kita, kita harus tahu bahwa ada yang namanya peperangan rohani. Sejak Adam dan Hawa jatuh dalam dosa dan hukuman Allah jatuh atas Adam, Hawa dan ular, sejak itu ada permusuhan atau peperangan rohani antara manusia dan iblis.

Kejadian 3:14 mengatakan sampai Yesus Kristus datang untuk meremukkan kepala ular ini, maka iblis tidak berkuasa lagi dalam kehidupan anak-anak Allah.
Efesus 6:10 berkata agar kita kuat dalam Tuhan, di dalam kekuatan kuasaNya. Kalau kita tahu bahwa ada perlawanan besar antara Kerajaan Allah dan Kerajaan Kegelapan, maka kita harus selalu berada dalam kekuatan kuasa Tuhan.

Yakobus 4:7 berkata agar kita tunduk kepada Allah dan melawan iblis maka iblis akan lari dari hadapan kita. Tunduk kepada Allah dulu, baru lawan iblis. Bukan sebaliknya, lawan iblis di mana-mana, tapi kita belum taat kepada Tuhan. Ini berbahaya, ingat kisah anak-anak Skewa yang dihajar habis-habisan oleh iblis yang diusirnya.

Kembali ke Efesus 6, ayat 11 mengajarkan kita untuk memakai seluruh perlengkapan senjata Allah, mulai dari kepala sampai kaki. Dan ayat 12, mengingatkan kita bahwa peperangan rohani kita bukan melawan suami, isteri, anak, ipar, mertua, dan lain-lain (baca : darah dan daging), tapi melawan iblis yang menjadi dalang dari semua perbuatan-perbuatan dosa dan kejahatan.

Kita melawan pemerintah-pemerintah, penguasa-penguasa, penghulu-penghulu dunia yang gelap dan roh-roh jahat di udara. Inilah kerajaan dunia atau kerajaan kegelapan, yang mempunyai susunan pemerintahan yang teratur. Lucifer beserta malaikat-malaikat yang jatuh berkuasa di udara, langit, laut, hutan, dan inilah medan peperangan kita di dunia ini.

Ayat 13 mengajarkan kita untuk memakai semua perlengkapan senjata Allah (mulai dari kepala sampai kaki) supaya dapat mengadakan perlawanan pada hari yang jahat dan dapat tetap berdiri sesudah kita berperang mengalahkan iblis.

Ayat 14 memerintahkan kita untuk berdiri tegap, yakni sikap sempurna sebagai prajurit Kristus (2 Timotius 2:3-4). Sikap berami sebagai putera-putera Allah. Ada hukum perang dalam Ulangan 20. Gideon juga harus menyaring pasukannya, hanya dengan kalimat ”siapa takut, boleh pulang”. Ternyata, yang pulang 22.000 orang. Wow.... berani adalan syarat mutlak dalam peperangan rohani. Dari 22.000 orang masih disaring lagi, akhirnya tinggal 300-an orang.

Kembali ke perlengkapan perang, jangan lupa pake ikat pinggang kebenaran. Kalau tidak ada ikat pinggang, baju longgar dan celana bisa melorot, akhirnya aib. Artinya, kebenaran itu harus menempel di dalam semua aspek hidup kita. Kalau ada bagian hidup kita yang belum sesuai standar firman Tuhan, dan menjadi cela dan batu sandungan maka nama Tuhan akan dipermalukan.

Berbajuzirahkan keadilan artinya keadilan melindungi hati kita, kita tidak kompromi terhadap dosa dan ketidakbenaran.
Berkasutkan kerelaan pemberitaan injil adalah kehidupan kita menjadi kesaksian bagi dunia ini, Kalau tidak sempat jadi penginjil atau bersaksi, kita bersaksi melalui kata-kata, kelakuan, dan cara hidup kita. Roma 10:15 berkata betapa indahnya kaki mereka yang membawa kabar baik.

Perisai iman berguna untuk memadamkan panah api iblis. Artinya, perisai iman untuk melawan setiap pencobaan-pencobaan dari si jahat, sehingga kita tidak terbakar oleh pencobaan-pencobaan itu.

Ketopong keselamatan adalah perlindungan terhadap pikiran dan angan-angan kita supaya pikiran jahat atau pikiran daging dikalahkan oleh pikiran Kristus. Dan, yang terakhir dan yang terpenting, jangan lupa pakai pedang roh yaitu Firman Allah. Tuhan Yesus melawan iblis yang mencobaiNya di padang gurun dengan firman Allah. Dan hasilnya, luar bisa, iblis tidak dapar bertahan menghadapi Firman Allah.

Jadi, inilah saatnya. Jadilah prajurit Kristus dan pemenang kehidupan, sehingga namaNya dipermuliakan dalam hidup kita. Amin.

Charismatic Management

Many people desire great things from God but they did not learn to manage all things. When Jesus came as son of man, He had a sharp and clear focus. He didn’t come to go sightseeing, to introduce himself to get friends, and other human reasons.

He greatly managed time, power, anointing, natural resources, human resources, that made him succeeded within 3 ½ years declaring The Kingdom of God in this earth. God has desire to entrust the greatest things for us. He gives us dream and only God who can fulfill it. He gives us vision and he always intends to make it real.

We who lived in the end-time was entrusted the greatest things, as The Word said the great wine is the last and also the end of a matter is better than its beginning. Hebrew 11:40 stated that “God had planned something better for us so that only together with us would they be made perfect.”

The Hall of Fame in Hebrews 11 is truly amazing even for us who lived in grace age. However, The Bible said that “these were all commended for their faith, yet none of them received what had been promised”. Without us they could not come to perfection.

Sabtu, 24 Juli 2010

Charismatic Renewal : Get The Fire

Preparation to get The Fire

So, we are believers, but that is not guarantee to have victorious Christian life.

Many people tried hard to get power, anointing, promises, blessings from God, however, in fact their life went down a mountain. Why? Because the lack of surrender and commitment.

How important is the time of preparation, and Jesus used that to make His people ready to receive the fire of Holy Spirit poured out for His Body.

Before Jesus died, His ministry was limited by space and time as a normal human being. However, when he rose from the death, he carried His ministry in the Spirit without limitation. In. Acts 1:3 we can read : “After his suffering, he showed himself to these men and gave many convincing proof that he was alive. He appeared to them over a period of forty days and spoke about the kingdom of God.”

Then, He gave them a command to not leaving Jerusalem until they received power from Holy Spirit and they would be His witnesses in Jerusalem, in all Judea and Samaria and to the ends of the earth. These meant that there were some preparation to get tongues of fire, to burnt the earth in the Holy Spirit’s power and The Word of God. After He rose from the death, there were 50 days crusade before Pentecost took place. Holy Spirit poured out and the souls harvested for God’s Kingdom.

From 500 persons who heard His message about waiting Father’s promise in Jerusalem, then left 120 persons faithfully remained and finally got the promise.

God had preparation for The Body of Christ before the heavy rain poured out. He wanted to double the portion of our acceleration (how fast we heard the Lord, how fast we caught the anointing), our endurance (of anointing, patience, perseverance everyday), our power (how intensive and tremendous it poured)).

Actually God had prepared new wine but it needed new wineskins. Many persons had open mouth but their hearts closed. It was like a closed bottle.

So, forgiveness is the way to come to God’s grace and mercy. If we forgive, He forgives us too. And the way to come to the blessing is by having commitment and self-surrender. Jesus had redeemed us from devil, sins, illness, worldly powers, and we had to declare our rights in His name.

Red Sea was a picture of death for Israelites but God ordered them to face and to cross. Jerusalem was a traumatic place for the Disciples, but Jesus ordered them to wait there till they got the gift of the Father’s promise and they would be witness firstly in that place. And when they obeyed, Holy Spirit came and anointed them, and the great crusade the world had ever known happened.

This is the ministry of grace, ministry of deliverance, .ministry of reconciliation, to fulfill all humans’ needs. Peter and other Disciples stood by the power, in one baptism, one Word, one voice to declare The Kingdom of God.

The preparation to wait in Jerusalem would never be in vain.

Before the revival happened for other people, we’re firstly burnt by the power for we are the center of God’s planning. Nothing will happen outside before it happens inside. So we have to appreciate our spiritual values, our effort, our ministry, and so on before other people can appreciate as well. And 150 persons who waited in the Jerusalem upper room was the little number who did and received.

God is now making preparation in us, either through our life journey, our family, our circumstances, he form us to be fit to His great divine plan. So, be prapared.


Jumat, 23 Juli 2010

Charismatic Daily Meditation

CHARISMATIC MEDITATION

Preparation to Get The Fire

So, we are believers, but that is not guarantee to have victorious Christian life.

Many people tried hard to get power, anointing, promises, blessings from God, however, in fact their life went down a mountain. Why? Because the lack of surrender and commitment.

How important is the time of preparation, and Jesus used that to make His people ready to receive the fire of Holy Spirit poured out for His Body.

Before Jesus died, His ministry was limited by space and time as a normal human being. However, when he rose from the death, he carried His ministry in the Spirit without limitation. In. Acts 1:3 we can read : “After his suffering, he showed himself to these men and gave many convincing proof that he was alive. He appeared to them over a period of forty days and spoke about the kingdom of God.”

Then, He gave them a command to not leaving Jerusalem until they received power from Holy Spirit and they would be His witnesses in Jerusalem, in all Judea and Samaria and to the ends of the earth. These meant that there were some preparation to get tongues of fire, to burnt the earth in the Holy Spirit’s power and The Word of God. After He rose from the death, there were 50 days crusade before Pentecost took place. Holy Spirit poured out and the souls harvested for God’s Kingdom.

From 500 persons who heard His message about waiting Father’s promise in Jerusalem, then left 120 persons faithfully remained and finally got the promise.

God had preparation for The Body of Christ before the heavy rain poured out. He wanted to double the portion of our acceleration (how fast we heard the Lord, how fast we caught the anointing), our endurance (of anointing, patience, perseverance everyday), our power (how intensive and tremendous it poured)).

Actually God had prepared new wine but it needed new wineskins. Many persons had open mouth but their hearts closed. It was like a closed bottle.

So, forgiveness is the way to come to God’s grace and mercy. If we forgive, He forgives us too. And the way to come to the blessing is by having commitment and self-surrender. Jesus had redeemed us from devil, sins, illness, worldly powers, and we had to declare our rights in His name.

Red Sea was a picture of death for Israelites but God ordered them to face and to cross. Jerusalem was a traumatic place for the Disciples, but Jesus ordered them to wait there till they got the gift of the Father’s promise and they would be witness firstly in that place. And when they obeyed, Holy Spirit came and anointed them, and the great crusade the world had ever known happened.

This is the ministry of grace, ministry of deliverance, .ministry of reconciliation, to fulfill all humans’ needs. Peter and other Disciples stood by the power, in one baptism, one Word, one voice to declare The Kingdom of God.

The preparation to wait in Jerusalem would never be in vain.

Before the revival happened for other people, we’re firstly burnt by the power for we are the center of God’s planning. Nothing will happen outside before it happens inside. So we have to appreciate our spiritual values, our effort, our ministry, and so on before other people can appreciate as well. And 150 persons who waited in the Jerusalem upper room was the little number who did and received.

God has a several preparation for every of us, either through our daily walk or spiritual training gained by God. The time to prepare us to be ready for the tongue of fire that can make us become powerful witnesses from Jerusalem. Judea, Samaria, until the end of the earth.

Senin, 19 Juli 2010

Charismatic Movement in Papua, History


Persekutuan Doa "Tubuh Kristus Bukit Kesucian" Abepura adalah perintis gerakan Pantekosta Karismatik di Tanah Papua. Persekutuan Doa yang didirikan atas visi Tuhan oleh alm. Pdt Muliawan Sindutomo ini berdiri tanggal 14 Agustus 1972.

Banyak tantangan, aniaya dan penderitaan yang terjadi seiring dengan tumbuh kembangnya Tubuh Kristus Bukit Kesucian, karena pada waktu itu belum dikenal ibadah dalam pimpinan kuasa Roh Kudus, dimana ada pujian, penyembahan, bahasa roh, manifestasi karunia-karunia rohani, pelayanan pelepasan, dan lain-lain.

Dalam pelayanan memperkenalkan pelayanan Karismatik atau juga yang dikenal dengan sebutan Pantekosta Baru, Pdt. Muliawan telah berkelilling ke semua pesisir, kampung, rimba, pulau di Tanah Papua, sehingga kegerakan Roh Kudus telah bekerja dan berkobar di seluruh Tanah Papua untuk membangkitkan jiwa-jiwa yang mati rohani.

Anak-anak rohani almarhum telah melayani dan terus melayani bagi kegerakan Roh Kudus di akhir zaman, karena Allah yang telah memanggil kita dalam pekerjaan besar ini adalah Allah yang setia dan akan terus menuntun umatNya sampai seluruh anak-anak Allah dimanifestasikan di muka bumi.