Laman

Selasa, 03 Agustus 2010

Serial Peperangan Rohani

Pengakuan Iman dan Ancaman Maut
Daniel 3:13-18


Dalam Kehidupan Kekristenan, kita senantiasa berhadapan dengan peperangan rohani. Iblis bagaikan singa yang mengaum mencari mangsa yang ditelannya. Dengan kuasa peperangan rohani, kita mengalami kemenangan Ilahi setiap hari.


Orang-orang Babel sangat marah, iri dan benci kepada Sadrak, Mesak dan Abednego karena mereka disertai Allah dan mendapat kedudukan yang penting di pemerintahan Babel. Ketika mereka melihat Sadrak, Mesak dan Abednego tidak mau sujud menyembah patung itu, mereka sangat bersukacita sebab telah menemukan cara untuk membinasakan Sadrak, Mesak, dan Abednego. Daniel pada waktu itu tidak sedang berada di tempat, sehingga loloslah ia dari tragedi itu.

Orang-orang Babel selalu dipenuhi oleh tiga dosa khas yaitu marah, iri dan benci. Setiap anak-anak Tuhan yang diberkati, disertai dan dilindungi Allah sangat menimbulkan kemarahan dan kebencian di hati orang-orang dunia. Mereka mencari setiap kesempatan untuk menjatuhkan orang-orang pilihan Tuhan.

Mereka membawa tiga tuntutan yang berat kepada Nebukadnezar. Tuntutan pertama, tidak menghormati raja. Tuntutan kedua, tidak berbakti kepada dewa dari sang raja. Tuntutan ketiga, tidak menyembah patung yang didirikan raja.

Ketiga tuduhan ini adalah pelanggaran atas kedaulatan dan wibawa sang raja. Ini sama dengan pengkhianatan atau subversi. Pasti dan harus dihukum demi martabat raja. Kalau Sadrak, Mesak dan Abednego hanya pegawai rendahan, pasti sudah dicampakkan langsung ke dalam api. Karena mereka pejabat tinggi yang terkenal dan dihormati, Nebukadnezar menahan kemarahannya dan memberikan kesempatan satu kali lagi.

Ternyata Sadrak, Mesak, Abednego tidak bergeming dari pengakuan iman mereka kepada Allah yang hidup. ”Jika Allah yang kami luja sanggup melepaskan kami, maka Ia akan melepaskan kami dari perapian yang menyala-nyala itu. Tetapi jika seandainya tidak, hendaklah Tuanku mengetahuinya, ya Raja, bahwa kami tidak akan memuja dewa tuanku dan tidak akan menyembah patung emasyang Tuanku dirikan itu.”

Inilah pengakuan iman yang berani dan tulus. Banyak orang yang mati sahid dan menderita aniaya dalam sejarah kehidupan kekristenan yang mendapat kekuatan iman dari kisah Sadrak, Mesak dan Abednego.
Ada dua teladan iman dalam pernyataan mereka :
1.Jika Allah mau melepaskan mereka dari dapur api, Dia akan melakukannya.
2.Jika tidak, mereka tetap memegang iman mereka walau mereka harus mati dalam dapur api.

Inilah kualitas iman yang luar biasa. Tetap mempertahankan iman walau Tuhan tidak menjawab doa kita, atau melepaskan kita, atau menolong kita.

Nebukadnezar menjadi sangat marah sehingga kulit wajahnya berubah. Dalam kemarahannya, ia melakukan kebodohan. Dapur api dipanaskan tujuh kali lipat. Seharusnya, kalau diamau menyiksa Sadrak, Mesak, Abednego, api harus dikurangi supaya mereka mati perlahan-lahan.

Api yang dasyat itu justeru menewaskan prajurit-prajurit Nebukadnezar yang mengangkut Sadrak, Mesak, dan Abednego. Sadrak, Mesak dan Abednego sungguh-sungguh mengasihi Allah sehingga mereka rela mati bagi Allah daripada melepaskan ketulusan iman mereka.

Dalam kehidupan kita, ada dapur api yang dibuat iblis untuk menguji ketulusan iman kita dan cinta kita akan Tuhan. Dunia menuntut kita menyembah Allah lain berupa uang, kedudukan, pangkat, harta, dan lain-lain. Kita tidak boleh kompromikan iman kita walau ada ancaman maut sekalipun.

Waktu dapur api dipanaskan tujuh kali lipat, Sadrak, Mesak, Abednego dicampakkan dalam api, mujizat terjadi. Tali yang mengikat mereka terbakar oleh api.

Tali adalah lambang dari kuasa keraajn yang memerintah. Lambang kuasa inilah yang terbakar seperti jerami, sedangkan Sadrak, Mesak, dan Abednego , menari-nari di tengah api.

Nebudnezar melihat ada orang keempat seperti ”anak dewa” menari bersama mereka dalam api. Nebukadnezar menyebutnya ”anak dewa” karena dia tidak tahu jati diri orang tersebut. Tapi kita tahu itu adalah Yesus Kristus.

Saat-saat Sadrak, Mesak, dan Abednego diseret ke dalam api, Yesus berkata, ”Bapa, Aku akan turun ke dalam dapur api itu. Kita tidak dapat membiarkan ketiga orang itu mati tanpa menunjukkan bahwa Allah yang mereka sembah itu hidup.” Maka sebelum Sadrak, Mesak dan Abednego jatuh dalam api, Yesus Kristus telah turun ke dalam api itu. Yesus Kristus menguasai api dan memerintahkannya untuk tidak membahayakan anak-anak Allah, betapapun panasnya api itu membakar.

Bila kita menderita aniaya tetapi kita tetap teguh dalam iman dan tidak kompromi, Yesus akan turun dalam dapur api tersebut dan memadamkan kuasa api itu karena Dia berjanji ”Aku akan menyertaimu sampai kesudahan zaman.”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar